Pertamakali saya menganggap gerakan
Wahabi itu bagus. Niatnya untuk memurnikan ajaran Islam. Tapi
lama-kelamaan kok jadi ekstrim membahas masalah-masalah furu’iyah dan
khilafiyah dengan ujung-ujungnya membid’ahkan dan mengkafirkan sesama
Muslim.
Di antara yang mereka ributkan dan vonis bid’ah adalah:
- Dzikir berjama’ah
- Dzikir dengan suara keras seperti shalat ‘Isya
- Isbal
- Maulid Nabi
- Pengajaran Sifat 20 yang disusun Imam Abu Hasan Al Asy’ari
dsb
Dengan vonis bid’ah, artinya yang dituduh itu sesat dan masuk neraka.
Ustad Arifin Ilham dengan Majelis Zikir Az Zikro mereka anggap bid’ah dan sesat:
Bagaimana mungkin dzikir bid’ah model Arifin Ilham bisa dikatakan sebagai majelis dzikir yang disebutkan di dalam nash-nash tersebut?Sedangkan “majalis adz dzikir” yg dinisbahkan kepada model dan cara berdzikirnya Arifin Ilham lbh pantas dinamakan sebagai “majelis makr ” dan bukan majelis dzikr. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari kesesatan
Bagaimana mungkin orang-orang yang
berzikir dianggap sesat sementara orang-orang yang berjudi atau
mabuk-mabukan di kafe bebas dari cacian kelompok tersebut?
Kelompok Salafi Wahabi ini dalam memahami
Al Qur’an sepotong-sepotong tanpa memakai akal dan juga pendapat para
Salaf seperti Imam Madzhab (Bukan Ibnu Taimiyyah yg lahir di tahun 728
H).
“Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. ” [Luqman 19]
“Ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut” [Maryam 3]
Dari Ibnu ’Abbas Ra. berkata: “bahwasanya
dzikir dengan suara keras setelah selesai shalat wajib adalah biasa
pada masa Rasulullah SAW”. Kata Ibnu ’Abbas, “Aku segera tahu bahwa
mereka telah selesai shalat, kalau suara mereka membaca dzikir
telah kedengaran”.[Lihat Shahih Muslim I, Bab Shalat. Hal senada juga
diungkapkan oleh al Bukhari (lihat: Shahih al Bukhari hal: 109, Juz I)]
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, ia
berkata: Rasulullah saw bersabda: Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Agung berfirman: Aku adalah menurut sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku
bersamanya ketika ia berzikir (dengan menyebut nama)Ku. Jika ia
mengingat Aku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam Diri-Ku, dan
jika ia menyebut nama-Ku dalam sekelompok manusia, maka Aku menyebutnya
dalam sekelompok manusia yang lebih baik dari mereka. Jika ia
mendekati-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta, jika ia
mendekati-Ku sehasta, maka Aku mendekatinya sedepa. Jika ia
mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan berlari
kecil. [HR. Muslim, Kitab az-Zikr, No. 2/2675].
Diriwayatkan dari Abi Musa, ia berkata:
Kami pernah bersama Nabi saw dalam suatu perjalanan. Kemudian
orang-orang mengeraskan suara dalam bertakbir. Lalu Nabi saw bersabda:
Hai manusia, kecilkanlah suaramu, sebab kamu tidak berdoa kepada orang
yang tuli dan jauh, melainkan kamu berdoa kepada Yang Maha Mendengar
lagi Maha Dekat, dan Dia bersamamu … [HR. Muslim, Kitab az-Zikr, No.
44/2704].
Dari berbagai hadits di atas sebetulnya
kita bisa menarik kesimpulan bahwa dzikir berjama’ah dan suara
jahar/keras seperti sholat Subuh, Maghrib, dan Isya itu dibolehkan. Jika
tidak, tentu dalam sholat tersebut kita dilarang mengeraskan suara.
Yang dilarang adalah suara keras yang
berteriak-teriak seperti keledai sehingga mengganggu orang lain.
Ibaratnya jika ada orang berbicara dengan kita dengan berteriak-teriak
dengan suara keras tentu kita tersinggung bukan? Kita tidak tuli. Tapi
kalau berbisik-bisik tidak kedengaran juga kita tidak bisa mendengar.
Jika dzikir berjama’ah dan bersuara keras
itu dilarang, dan orang dzikir sendirian dengan tidak bersuara, niscaya
kita tidak akan bisa mendapatkan berbagai dzikir dari Nabi. Afala
ta’quluun. Apakah kalian tidak berakal? Begitu kata Allah.
Tidak pantas juga bagi seorang Muslim
untuk mudah menganggap sesat atau mengkafirkan sesama Muslim yang masih
sholat dan mengucapkan 2 kalimat syahadah. Jika begitu, maka mereka itu
lemah imannya atau mungkin justru tidak punya iman:
Tiga perkara berasal dari iman:
(1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah”
karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam
karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung
semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini
memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau
keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu
Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw,
membunuh orang yang sedang mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi
menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia
mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia mengucapkan
Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw.
bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim]
Kaum Salafi Wahabi ini begitu bengis
terhadap sesama Muslim. Namun terhadap kaum kafir seperti Yahudi dan
Nasrani (AS dan Israel) mereka amat bersahabat. Orang yang benar-benar
beriman dan ingin memurnikan ajaran Islam tidak akan begitu.
Kaum Syi’ah mereka kafirkan. Di Timur
Tengah, mereka saling bunuh dan bom masjid dengan kaum Syi’ah. Di
Indonesia, kelompok Aswaja/NU sudah kenyang dibid’ah-bid’ahkan oleh
mereka terkait hal di atas. Demo Hizbut Tahrir mereka anggap Bid’ah.
Bahkan terhadap sesama Salafi pun mereka pecah dan saling caci sehingga
kata-kata yang tidak pantas seperti “KECOAK” dilontarkan kepada sesama
mereka:
Abdul Mu’thi:
Khususnya yang berkenaan tentang Abu Nida’, Aunur Rafiq, Ahmad Faiz serta kecoak-kecoak yang ada di bawah mereka. Mereka ternyata tidak berubah seperti sedia kala, dalam mempertahankan hizbiyyah yang ada pada mereka (www.salafy.or.id, manhaj: “Bahaya jaringan JI dari Kuwait dan At Turots”, Abdul Mu’thi, Abu Ubaidah Syafrudin dan Abdurahman Wonosari).
Kata-kata Ular dilontarkan terhadap sesama Muslim:
Nah liciknya, ketika salafi dan jihadi sedang bertempur membela manhajnya masing-masing, kelompok bid’ah hasanah menyelusup ke dalam barisan jihadi seperti ular berbisa lalu menebar racunnya secara membabi buta, entah kepada jihadi atau kepada salafi.
Bagaimana mungkin seorang ulama
kata-katanya penuh dengan “Kebun Binatang”? Kata-kata seperti “Kecoak”,
“Ular Berbisa” dilabelkan kepada manusia. Jangankan ulama/dai, bagi
orang awam pun itu tidak pantas. Allah benci dengan orang yang seperti
itu:
Sesungguhnya Allah membenci orang
yang keji, yang berkata kotor dan membenci orang yang meminta-minta
dengan memaksa. (AR. Ath-Thahawi)
Orang yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan keji dan kejam. (HR. Bukhari)
Nabi Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia:
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)
Paling dekat dengan aku
kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya
dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR.
Ar-Ridha)
Dalam Surat Al Hujuraat 11-12 Allah
melarang orang-orang yang beriman mengolok-olok dan memaki satu kaum dan
menggunjing (ghibah) orang lain. Orang yang melakukan itu di akhirat
kelak akan memakan bangkai yang busuk.
Bagaimana mungkin kita mengaku “MENGHIDUPKAN SUNNAH” jika kita ‘MEMATIKAN AL QUR’AN”? Melanggar ayat-ayat Al Qur’an di atas seperti memaki manusia sebagai Kecoak dan Ular?
Nabi Muhammad dan orang Islam yang benar
itu kasih sayang dengan sesama dan keras terhadap orang-orang kafir.
Bukan seperti Salafi Wahabi di atas:
“Muhammad itu adalah utusan Allah
dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.Kamu
lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di
atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena
Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan
orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang
besar.” [Al Fath 29]
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum
yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap
lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak
takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah 54]
Orang-orang yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian
yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al Maa-idah
51]
Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik)
bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami
takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan
kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya.
Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka
rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]
Tidak jarang kaum Salafi Wahabi
memperdebatkan hadits-hadits meski “lawannya” juga punya argumen dari
Hadits Bukhari seperti Abu Bakar yang Isbal tapi tidak dihukum haram
oleh Nabi. Akibatnya timbul fitnah dan perpecahan. Padahal jangankan
hadits, Al Qur’an saja jika isinya tidak jelas (Mutasyabihat) Allah
melarang kita untuk memperdebatkannya karena khawatir timbul perpecahan:
“Dia-lah
yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya
ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang
lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat
yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk
mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya
melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi
Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang berakal. : [Ali 'Imran 7]
Dakwah Nabi adalah menyeru manusia kepada
kalimat Tauhid. Masuk ke dalam Islam. Untuk itu Nabi mengirim berbagai
surat ajakan masuk Islam ke Kaisar Romawi Heraklius, Kisra Persia, Raja
Mesir Muqowqis, dsb. Nah kalau Wahabi bukan menyeru orang-orang kafir ke
dalam Islam atau pun mengajarkan pokok2 ajaran Islam tapi justru
meributkan hal-hal furu’iyah/khilafiyyah dsb yang akhirnya mengeluarkan
vonis bahwa kelompok Muslim ini bid’ah, kelompok Muslim itu sesat.
Merusak Persatuan Islam dan Ukhuwah Islamiyah:
“Yaitu orang-orang yang
memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.
Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka.” [Ar Ruum:32]
“Sesungguhnya orang-orang yang
memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada
sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka
hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan
kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” [Al An’aam:159]
Jadi bukannya memurnikan ajaran Islam, justru melanggar banyak ayat-ayat Al Qur’an dan menimbulkan perpecahan ummat Islam.
Video Siapakah Wahabi:
Di bawah beberapa tulisan tentang Salafi
Wahabi. Di antaranya resensi dari seorang Ketua Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah tentang buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi. Ada juga tulisan dari seorang Aswaja.
Dari awal, ternyata pendiri Wahabi,
Muhammad bin Abdul Wahhab membantu Ibnu Suud untuk bughot terhadap
Kekhalifahan Turki Usmani dengan dibantu kaum kafir harbi Inggris.
Akibatnya Turki lemah sehingga Palestina pun jatuh ke tangan Inggris.
Dari Inggris, Palestina diserahkan ke Zionis Yahudi.
Ini adalah video bagaimana penjajah
Inggris membantu Wahabi dengan dana dan senjata untuk berontak kepada
Kekhalifahan Islam Turki Usmani. Di kemudian hari, Wahabi jadi pelayan
Amerika dalam membantai sesama Muslim di Iraq, Afghanistan, dan
sebagainya dengan menyediakan dana dan pangkalan militer:
Hingga sekarang pun Arab Saudi dengan
paham Wahabi akrab dengan AS yang merupakan pendukung utama Israel. Arab
Saudi menyediakan pangkalan militer bagi tentara AS guna membantai
jutaan Muslim di Iraq dan Afghanistan.
Ini adalah video tentang Wahabi. Di
antaranya Wahabi membantai ummat Islam di Mekkah dan Madinah dengan
alasan ummat Islam di Mekkah dan Madinah adalah kafir/musyrik. Jika
ummat Islam di Mekkah dan Madinah kafir/musyrik, lalu di mana ummat
Islam yang lurus?
Ternyata, Muhammad bin Abdul Wahab lahir
di Najd (Nejed), tempat yang dikatakan Nabi sebagai tempat kegoncangan,
fitnah-fitnah, dan tanduk setan:
Ibnu
Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam
dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa,
‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd
kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya
Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau
bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat
kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula
munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]
Inilah peta Najd:
Walau pun kaum Salafi berdalih bahwa Najd
yang dimaksud bukan Najd di dekat Riyadh yang terkenal itu, tapi di
Iraq, namun pendapat itu keliru. Pertama saat Hadits itu muncul ada
orang Najd asli (bukan dari Iraq). Jika bukan Najd itu yang dimaksud,
tentu Nabi akan menjelaskan bahwa Najd di Iraq lah agar mereka tidak
tersinggung dan tidak timbul FITNAH.
Kedua, di hadits lain disebut bahwa Najd
yang dimaksud di sebelah timur Madinah. Jelas itu Najd di dekat Riyadh
karena posisinya pas di timur. Sedang Iraq posisi di peta agak disebelah
utara:
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)
Saat Mu’awiyah berontak kepada Khalifah
Ali, Islam terbagi 3: Sunni (Pendukung Mu’awiyah), Syi’ah Ali (Pendukung
Ali), dan Khawarij. Pada dasarnya Khawarij itu aqidah dan amalnya
adalah Islam. Namun karena mereka mengkafirkan orang Islam di luar
kelompoknya bahkan membunuh Sayidina Ali, maka jumhur ulama menganggap
Khawarij keluar dari Islam. Bukan Islam.
Jadi meski mengaku “Menghidupkan Sunnah”,
namun jika mengkafirkan orang yang membaca Syahadah dan Sholat
(meyakini 6 rukun Iman dan melaksanakan 5 rukun Islam) apalagi sampai
membunuhnya, mereka adalah Khawarij. Bukan Islam.
Dari Abu Huroiroh ra bahwasanya Nabi SAW bersabda:إذا قال الرجل لأخيه يا كافر فقد باء به أحدهما
“Apabila seseorang mengatakan
kepada saudaranya: Wahai orang kafir, maka perkataan itu akan menimpa
salah satu dari keduanya.” [HR Bukhari]
Dari
Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengangkat
senjata melawan kita, bukanlah termasuk golongan kita.” Muttafaq Alaihi.
Pada ayat-ayat Al Qur’an di atas juga
dijelaskan jika orang Islam itu lemah-lembut terhadap sesama dan keras
terhadap orang-orang kafir. Jadi jika terhadap sesama Muslim begitu
keras seperti mengkafirkan bahkan membunuh, dia bukan Islam.
Referensi:
Pandangan FPI terhadap Wahabi:
Ada
pun Pandangan FPI terhadap WAHABI sebagai berikut : FPI membagi WAHABI
dengan semua sektenya juga menjadi TIGA GOLONGAN ; Pertama, WAHABI
TAKFIRI yaitu Wahabi yang mengkafirkan semua muslim yang tidak sepaham
dengan mereka, juga menghalalkan darah sesama muslim, lalu bersikap
MUJASSIM yaitu mensifatkan Allah SWT dengan sifat-sifat makhluq, dan
sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari USHULUDDIN
yang disepakati semua MADZHAB ISLAM. Wahabi golongan ini KAFIR dan
wajib diperangi.
Kedua,
WAHABI KHAWARIJ yaitu yang tidak berkeyakinan seperti Takfiri, tapi
melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan mau
pun tulisan terhadap para Ahlul Bait Nabi SAW seperti Ali RA, Fathimah
RA, Al-Hasan RA dan Al-Husein RA mau pun ‘Itrah/Dzuriyahnya. Wahabi
golongan ini SESAT sehingga mesti dilawan dan diluruskan.
Ketiga,
WAHABI MU’TADIL yaitu mereka yang tidak berkeyakinan Takfiri dan tidak
bersikap Khawarij, maka mereka termasuk MADZHAB ISLAM yang wajib
dihormati dan dihargai serta disikapi dengan DA’WAH dan DIALOG dalam
suasana persaudaraan Islam.
Pandangan Habib Munzir Al Musawa dari Majelis Rasulullah tentang Wahabi:
beda dengan orang orang wahabi, mereka tak punya sanad guru, namun bisanya cuma menukil dan memerangi orang muslim.
mereka memerangi kebenaran dan memerangi ahlussunnah waljamaah,
memaksakan akidah sesatnya kepada muslimin dan memusyrikkan orang orang
yg shalat.
salaf,
artinya adalah kaum yg terdahulu, salaf adalah istilah bagi Ulama Ulama
yg terdahulu di masa setelah Tabi’ Tabiin, namun kaum penganut ajaran
wahabi menamakan dirinya salafy, padahal mereka tak mengikuti ajaran
ulama salaf yg terkenal berbudi luhur, ahli ibadah, ahli ilmu syariah.
mereka ini muncul di akhir zaman justru membawa ajaran sesat dan mengaku salaf.
mereka ini muncul di akhir zaman justru membawa ajaran sesat dan mengaku salaf.
oleh M. Zulfi Ifani*
“Mereka memerangi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala”
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, dan Ahmad)
Buku ini saya temui di pameran buku di Jogja Expo Center beberapa hari lalu. Ditulis oleh seorang penulis Syaikh Idahram (yang saya sayangkan, biografi singkat penulis tidak dijelaskan sedikitpun di buku ini. Sepertinya ini nama pena). Selain penulis tersebut, buku ini juga di-endorser oleh beberapa tokoh kompeten yaitu: KH. Arifin Ilham (Pimpinan Majelis Dzikir Adz Zikra), KH. DR. Ma’ruf Amien (Ketua MUI) dan Prof. Said Agil Siraj (Ketua Umum PBNU).
KH. Ma’ruf Amien misalnya menyatakan bahwa “Buku ini layak dibaca oleh siapa pun. Saya berharap setelah membaca buku ini, seorang muslim meningkat kesadarannya, bertambah kasih-sayangnya, rukun dengan saudaranya, santun dengan sesama umat, lapang dada dalam menerima perbedaan dan adil dalam menyikapi permasalahan.”
Ringkasan, Sangat Ringkas
Adapun buku ini terbagi ke dalam 6 bab pembahasan. Bab pertama, bercerita tentang seluk beluk Salafi. Saya mencatat bahwa berdirinya kelompok (atau sekte menurut penulis buku) tidak lepas pula dari kepentingan ekonomi-politik duet Muhammad bin Saud dan Muhammad bin Abdul Wahab untuk melepaskan diri dari Kekhalifahan Turki Utsmani dan mendirikan negara/pemerintahan baru. Terbukti hari ini, dinasti Raja Saudi didukung pewaris madzhab Salafi Wahabi bergandengan tangan duduk satu meja dengan pihak barat dalam banyak hal.
Bab kedua, bercerita tentang sejarah kejahatan Salafi. Susah untuk dipercaya, dan mungkin memang harus dikonfirmasi terlebih lebih lanjut. Tapi, data dan fakta yang disampaikan penulis cukuplah kuat untuk membuktikan tuduhan kejahatan ini. Beberapa peristiwa terkini, seperti pembantaian jamaah haji dari Yaman (tahun 1921) sejumlah hampir 1000 orang. Juga jamaah haji dari Iran (tahun 1986), sedikitnya 329 orang tewas dan ribuan lainnya terluka. Anda tahu kenapa jamaah Iran dibantai? Jawabannya karena mereka berdemo melaknat negeri-negeri barat. Bagaimana pendapat anda? Kalau anda tidak merasa aneh dan miris, justru saya akan mempertanyakan ke-Islaman anda…
Bab ketiga, bercerita tentang hadits-hadits Rasul tentang Salafi. Ada beberapa hadits yang diangkat, akan tetapi Hadits Bukhari, Muslim, dan Hakim sepertinya cukup mewakili: “Akan terjadi di tengah umatku perbedaan dan perpecahan. Akan muncul suatu kaum yang membuatmu kagum, dan mereka juga kagum terhadap diri mereka sendiri. Namun orang-orang yang membunuh mereka lebih utama di sisi Allah daripada mereka. Mereka baik perkataannya, namun buruk perbuatannya. Mereka mengajak kepada kitab Allah, tetapi tidak mewakili Allah sama sekali. Jika kalian menjumpai mereka, maka bunuhlah.”
Saya kira kalau kelompok umat Islam lain konsisten bertindak secara tekstual (seperti yang dipraktekkan Salafi), bisa jadi kelompok Salafi sudah dibunuh sejak dulu –tidak akan ada yang rugi saya kira. Akan tetapi, saya kira sebagian umat Islam lebih cerdas dan arif dalam melihat perbedaan sehingga tidak gegabah dan bodoh dalam bertindak.
Bab keempat, bercerita tentang fatwa-fatwa yang menyimpang dari Salafi Wahabi. Seperti biasa yang kita tahu, bahwa fatwa-fatwa mereka seringkali otoriter dan bila tidak dilaksanakan lalu kuasa bahasa bermain (sesat, kafir, bid’ah, boikot sampai halal darahnya). Saya heran hari seperti ini sempat-sempatnya memfatwakan haramnya belajar bahasa selain bahasa arab, gila bukan? Menurut Salafi belajar bahasa selain arab adalah bentuk tasyabbuh kuffar (menyerupai orang-orang kafir). Entah dimana akal sehat ditaruh pada fatwa ini. Padahal bahasa adalah ilmu alat yang amat penting, tanpa bahasa ilmu tidak akan pernah menyebar luas, dakwah pun hanya akan terjepit di lokal tertentu.
Selain fatwa aneh haram belajar bahasa lain, ada juga fatwa-fatwa janggal lain seperti: haram membawa jenazah dengan mobil, ucapan hari raya adalah bid’ah dan sesat, dsb.
Bab kelima, bercerita tentang kerancuan konsep dan manhaj Salafi. Inti dari bab ini kurang lebih senada dengan buku Prof. Said Ramadhan Al Buthi Assalafiyyah Marhalatun Zamaniyyatun mubârakatun lâ Madzhabun Islâmiyyun yang menyatakan bahwa Salafi pada dasarnya hanyalah sebuah fase sejarah bukan madzhab. Ada dua argumen yang harusnya dijadikan catatan: Pertama, bahwa kaum Salaf pun ketika itu tidak selalu seragam dalam menghadapi permasalahan. Adalah suatu kejanggalan ketika sekarang harus diseragamkan, atau jangan-jangan keseragaman ini bukan muncul dari kaum Salaf tapi justru dari pemaksaan ajaran Muhammad ibnu Abdul Wahab??
Kedua, kelompok Salafi begitu gencar mengkampanyekan anti taqlid dan madzhabiyah (Syafii, Hanbali, Hanafi dan Malik). Sayangnya, mereka tidak konsisten! Justru mereka sendiri sangat taqlid terhadap ulama mereka seperti Syekh bin Baz, Syekh bin Utsaimin, Syekh bin Fauzan, dll. Lucu bukan?? Lucu sekali…
Epilog
Hari ini perbedaan yang sifatnya furuiyah seharusnya tidak dihadapi dengan semangat bid’ah-membid’ahkan atau bahkan kafir-mengkafirkan. Itu terlalu jauh dan kasar terhadap sesama umat Islam. Kalau konsisten dengan Salaf, seharusnya akhlak Rasul mereka junjung tinggi, bukan justru akhlak Khawarij yang gemar menuduh kafir, bid’ah dan sesat.
Pada akhirnya, hari ini sudah jelas siapa musuh Islam. Sudah jelas siapa yang harus kita lawan bersama-sama. Jangan sampai kelompok anti Islam, dari Zionis maupun barat terus menertawai umat Islam yang lebih senang ribut di internal alih-alih mensolidkan diri.
*Ketua Umum IMM UGM 2009-2010
Sumber: http://kabarislam.wordpress.com/2012/01/04/salafi-wahabi-memecah-belah-islam-dari-dalam/
“Mereka memerangi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala”
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, dan Ahmad)
Data BukuKetika akan memulai menulis review buku ini saya sedikit ragu. Ada sedikit ragu untuk bersiap menghadapi serangan atau bahkan hujatan dari kelompok Salafi yang kebakaran jenggot melihat kelompok mereka dikritik sedemikian rupa. Saya kira sudah jadi identitas bagi kelompok Salafi untuk ringan lisan mengkafirkan, membid’ahkan dan menyesatkan orang/kelompok yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka.
Penulis: Syaikh Idahram
Penerbit: Pustaka Pesantren (Grup LKIS)
Tahun Terbit: 2011
Harga Netto: 50.000
Buku ini saya temui di pameran buku di Jogja Expo Center beberapa hari lalu. Ditulis oleh seorang penulis Syaikh Idahram (yang saya sayangkan, biografi singkat penulis tidak dijelaskan sedikitpun di buku ini. Sepertinya ini nama pena). Selain penulis tersebut, buku ini juga di-endorser oleh beberapa tokoh kompeten yaitu: KH. Arifin Ilham (Pimpinan Majelis Dzikir Adz Zikra), KH. DR. Ma’ruf Amien (Ketua MUI) dan Prof. Said Agil Siraj (Ketua Umum PBNU).
KH. Ma’ruf Amien misalnya menyatakan bahwa “Buku ini layak dibaca oleh siapa pun. Saya berharap setelah membaca buku ini, seorang muslim meningkat kesadarannya, bertambah kasih-sayangnya, rukun dengan saudaranya, santun dengan sesama umat, lapang dada dalam menerima perbedaan dan adil dalam menyikapi permasalahan.”
Ringkasan, Sangat Ringkas
Adapun buku ini terbagi ke dalam 6 bab pembahasan. Bab pertama, bercerita tentang seluk beluk Salafi. Saya mencatat bahwa berdirinya kelompok (atau sekte menurut penulis buku) tidak lepas pula dari kepentingan ekonomi-politik duet Muhammad bin Saud dan Muhammad bin Abdul Wahab untuk melepaskan diri dari Kekhalifahan Turki Utsmani dan mendirikan negara/pemerintahan baru. Terbukti hari ini, dinasti Raja Saudi didukung pewaris madzhab Salafi Wahabi bergandengan tangan duduk satu meja dengan pihak barat dalam banyak hal.
Bab kedua, bercerita tentang sejarah kejahatan Salafi. Susah untuk dipercaya, dan mungkin memang harus dikonfirmasi terlebih lebih lanjut. Tapi, data dan fakta yang disampaikan penulis cukuplah kuat untuk membuktikan tuduhan kejahatan ini. Beberapa peristiwa terkini, seperti pembantaian jamaah haji dari Yaman (tahun 1921) sejumlah hampir 1000 orang. Juga jamaah haji dari Iran (tahun 1986), sedikitnya 329 orang tewas dan ribuan lainnya terluka. Anda tahu kenapa jamaah Iran dibantai? Jawabannya karena mereka berdemo melaknat negeri-negeri barat. Bagaimana pendapat anda? Kalau anda tidak merasa aneh dan miris, justru saya akan mempertanyakan ke-Islaman anda…
Bab ketiga, bercerita tentang hadits-hadits Rasul tentang Salafi. Ada beberapa hadits yang diangkat, akan tetapi Hadits Bukhari, Muslim, dan Hakim sepertinya cukup mewakili: “Akan terjadi di tengah umatku perbedaan dan perpecahan. Akan muncul suatu kaum yang membuatmu kagum, dan mereka juga kagum terhadap diri mereka sendiri. Namun orang-orang yang membunuh mereka lebih utama di sisi Allah daripada mereka. Mereka baik perkataannya, namun buruk perbuatannya. Mereka mengajak kepada kitab Allah, tetapi tidak mewakili Allah sama sekali. Jika kalian menjumpai mereka, maka bunuhlah.”
Saya kira kalau kelompok umat Islam lain konsisten bertindak secara tekstual (seperti yang dipraktekkan Salafi), bisa jadi kelompok Salafi sudah dibunuh sejak dulu –tidak akan ada yang rugi saya kira. Akan tetapi, saya kira sebagian umat Islam lebih cerdas dan arif dalam melihat perbedaan sehingga tidak gegabah dan bodoh dalam bertindak.
Bab keempat, bercerita tentang fatwa-fatwa yang menyimpang dari Salafi Wahabi. Seperti biasa yang kita tahu, bahwa fatwa-fatwa mereka seringkali otoriter dan bila tidak dilaksanakan lalu kuasa bahasa bermain (sesat, kafir, bid’ah, boikot sampai halal darahnya). Saya heran hari seperti ini sempat-sempatnya memfatwakan haramnya belajar bahasa selain bahasa arab, gila bukan? Menurut Salafi belajar bahasa selain arab adalah bentuk tasyabbuh kuffar (menyerupai orang-orang kafir). Entah dimana akal sehat ditaruh pada fatwa ini. Padahal bahasa adalah ilmu alat yang amat penting, tanpa bahasa ilmu tidak akan pernah menyebar luas, dakwah pun hanya akan terjepit di lokal tertentu.
Selain fatwa aneh haram belajar bahasa lain, ada juga fatwa-fatwa janggal lain seperti: haram membawa jenazah dengan mobil, ucapan hari raya adalah bid’ah dan sesat, dsb.
Bab kelima, bercerita tentang kerancuan konsep dan manhaj Salafi. Inti dari bab ini kurang lebih senada dengan buku Prof. Said Ramadhan Al Buthi Assalafiyyah Marhalatun Zamaniyyatun mubârakatun lâ Madzhabun Islâmiyyun yang menyatakan bahwa Salafi pada dasarnya hanyalah sebuah fase sejarah bukan madzhab. Ada dua argumen yang harusnya dijadikan catatan: Pertama, bahwa kaum Salaf pun ketika itu tidak selalu seragam dalam menghadapi permasalahan. Adalah suatu kejanggalan ketika sekarang harus diseragamkan, atau jangan-jangan keseragaman ini bukan muncul dari kaum Salaf tapi justru dari pemaksaan ajaran Muhammad ibnu Abdul Wahab??
Kedua, kelompok Salafi begitu gencar mengkampanyekan anti taqlid dan madzhabiyah (Syafii, Hanbali, Hanafi dan Malik). Sayangnya, mereka tidak konsisten! Justru mereka sendiri sangat taqlid terhadap ulama mereka seperti Syekh bin Baz, Syekh bin Utsaimin, Syekh bin Fauzan, dll. Lucu bukan?? Lucu sekali…
Epilog
Hari ini perbedaan yang sifatnya furuiyah seharusnya tidak dihadapi dengan semangat bid’ah-membid’ahkan atau bahkan kafir-mengkafirkan. Itu terlalu jauh dan kasar terhadap sesama umat Islam. Kalau konsisten dengan Salaf, seharusnya akhlak Rasul mereka junjung tinggi, bukan justru akhlak Khawarij yang gemar menuduh kafir, bid’ah dan sesat.
Pada akhirnya, hari ini sudah jelas siapa musuh Islam. Sudah jelas siapa yang harus kita lawan bersama-sama. Jangan sampai kelompok anti Islam, dari Zionis maupun barat terus menertawai umat Islam yang lebih senang ribut di internal alih-alih mensolidkan diri.
*Ketua Umum IMM UGM 2009-2010
Sumber: http://kabarislam.wordpress.com/2012/01/04/salafi-wahabi-memecah-belah-islam-dari-dalam/
0 komentar:
Posting Komentar