Wahabi melarang keras pengkultusan
terhadap diri Baginda Nabi SAW, akan tetapi mereka sendiri melakukan
pengkultusan terhadap diri Syekh al-Utsaimin. Mereka membid’ahkan
peringatan haul seorang ulama atau wali, akan tetapi belakangan mereka
juga menghelat semacam haul untuk Syekh al-Utsaimin dengan nama‘Haflah Takrim.” Betapa ganjilnya sikap kelompok Wahabi ini.
‘Haul’ al-Utsaimin mereka adakan pada
bulan Januari 2010 lalu di sebuah hotel di Kairo di bawah naungan Duta
Besar Saudi di Kairo, Hisham Muhyiddin. Rangkaian acara haul itu dibuka
dengan pembacaan ayat-ayat Quran, dilanjutkan sambutan-sambutan berisi
pujian terhadap almarhum. Sambutan pertama disampaikan Ketua yayasan
ar-Rusyd sekaligus Presiden Asosiasi Penerbit Saudi, yang memuji peran
Syekh Utsaimin dalam penyebaran agama Islam. Sambutan
selanjutnya disampaikan Abdullah, putra Utsaimin, kemudian Atase
Kebudayaan Saudi Muhammad bin Abdul Aziz Al-Aqil. Yang disebutkan
belakangan ini banyak mengulas manakib Syekh al-Utsaimin dengan
menjelaskan tahun lahir dan wafatnya. “Perayaan ini adalah sedikit yang
bisa kami persembahkan untuk mendiang Syekh Utsaimin,” ujarnya.
Acara haul ditutup dengan saling tukar
tanda kehormatan antara Yayasan ar-Rusyd, Yayasan Utsaimin, Atase
Kebudayaan dan Deputi Menteri Kebudayaan dan Informasi. Begitu
pentingnya perayaan untuk Utsaimin ini sampai-sampai seorang pengagumnya
menggubah sebuah syair:
وَاللهِ لَوْ وَضَعَ اْلأَناَمُ مَحَافِلاَ # مَاوَفَتِ الشَّيْخَ اْلوَقُورَحَقَّهُ
“Demi Allah, Seandainya segenap
manusia membuat banyak perayaan untuk Syeikh Utsaimin, hal itu tidaklah
mampu memenuhi hak beliau.”
Syair itu menunjukkan pengkultusan
orang-orang Wahabi terhadap Syekh Utsaimin. Pengagungan yang kebablasan
juga mereka berikan kepada pendiri aliran Wahabi, Muhammad bin Abdul
Wahab. Seorang Mahasiswa Universitas Riyadh pernah memprotes dosennya,
Dr. Abdul Adhim al-Syanawi, karena memuji Rasulullah SAW. Sang dosen
menanyakan apa penyebab si mahasiswa membenci Nabi SAW? Mahasiswa itu
menjawab bahwa yang memulai perang kebencian adalah Baginda Nabi sendiri
(sambil menyitir hadits seputar fitnah yg muncul dari Najed, tempat
kelahiran Muhamad bin Abdul Wahab). “Kalau begitu, siapa yang kamu
cintai?” tanya sang dosen. Lalu si mahasiswa menjawab bahwa yang
dicintainya adalah Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Selanjutnya sang
dosen menanyakan alasan kecintaan mahasiswanya itu. “Karena Syekh
Muhammad Abdul Wahab menghidupkan sunnah dan menghancurkan bid’ah,”
Jawab mahasiswa itu. (kisah ini dicatat Ibrahim Abd al-Wahid al-Sayyid,dalam kitabnya, Kasf al-Litsam ‘an Fikr al-Li’am hlm.3-4.)
Sungguh benar Baginda Nabi SAW. yang
dalam salah satu hadits beliau mengisyaratkan bahwa akan ada fitnah
(Wahabi) yang bakal muncul dari Najed. Isyarat itu menjadi nyata
semenjak munculnya Muhammad bin Abdul Wahab dari Najed yang dengan
bantuan kolonial Inggris mencabik-cabik syariat Islam.
Syekh Utsaimin adalah salah satu penerus
Muhammad bin Abdul Wahab. Ia juga gencar menyebarkan fitnah lewat
tulisan-tulisannya. Salah satu fitnah itu seperti tertera di dalam
karyanya, al-Manahi al-Lafdziyyah hal 161. Di situ ia menulis:
وَلاَ أَعْلَمُ إِلىَ سَاعَتيِ هَذِهِ اَنَّهُ جَاءَ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَفْضَلُ اْلخَلْقِ مُطْلَقاً فيِ كُلِّ شَئٍْ
“Dan saya tidak mengetahui sampai detik
ini bahwa Muhammad adalah makhluk Allah yang lebih utama dari segala
makhluk apa pun secara mutlak.” Agaknya kalimat inilah yang membuat
penganut Wahabi lebih mengagungkan Utsaimin dari pada Baginda Rasulullah
SAW….! Ibnu KhariQ
Sumber :
Majalah Cahaya Nabawiy edisi 96 Juli 2011/Sya’ban 1432 H
Sumber :
Majalah Cahaya Nabawiy edisi 96 Juli 2011/Sya’ban 1432 H
0 komentar:
Posting Komentar