Adalah sekte Wahabiyah yang
oleh mufti Makkah al Mukarramah Syekh Ahmad Zaini Dahlan disebut sebagai
kaum pembawa bencana. Betapa tidak, sekitar 250an tahun yang lalu,
dengan dukungan penuh dari kolonial Inggris, mereka telah melakukan
serangkaian kejahatan yang sangat sadis, tidak ada seorang pun yang
selamat dari kejahatannya, baik orang tua, perempuan maupun anak-anak
kecil yang baru dilahirkan. Wahabiyah menyerang al-Haramain, mereka
menegakkan keharaan (kemuliaan) tanah yang mulia tersebut sehingga
mereka merampok harta penduduk al-Haramain, memperkosa perempuannya,
membunuh ulama, dan orang awamnya dan menghancurkan
peninggalan-peninggalan Nabi yang mulia di Makkah dan Madinah. Semua itu
dibawah kedok memerangi bid’ah dan kesyirikan. Na’udzubillah
Ada
benarnya jika ada yang mengatakan bahwa
kemunculan Salafi Wahabi telah
memecah-belah persatuan umat Islam. Hal yang seperti itu juga dikeluhkan
oleh Prof. Dr. Said Ramadhan al-Buthi, tokoh ulama senior Yordania
dalam bukunya as-Salafiyah Marhalah Zamaniyah Mubarakah La Madzhab
Islami. Sebelum kedatangan mereka, kondisi umat ini relatif lebih ramah,
lebih santun, lebih rukun, dan lebih damai. Bukan hanya di Indonesia,
tetapi juga di seantero dunia. Kehadiran Salafi Wahabi telah menjadi
fitnah bagi umat di seluruh penjuru dunia ini.
Di antara
ajaran Salafi Wahabi yang sangat kental adalah merasa paling benar,
menuduh pihak lain yang tidak sejalan dengan mereka sebagai ahli bid’ah,
musyrik, kafir, murtad, Jahmiyah, Ta’thil, musuh sunnah, dan musuh
tauhid. Ajaran Salafi Wahabi semacam inilah yang akan semakin
menyuburkan bibit-bibit permusuhan. Bukan saja menciptakan permusuhan,
tetapi juga menumbuhkan bibit terorisme. Karena, keyakinan semacam itu
akan mengantarkan pelakunya kepada pola pikir ekstrem, yang pada
akhirnya dapat membentuk setiap mereka menjadi teroris. Ketika ada orang
yang tidak sefaham dengannya maka langsung dianggap sebagai musuh atau
keluar dari Islam, lalu divonis sebagai halal darahnya alias boleh
dibunuh. Bukankah yang seperti itu merupakan sebentuk terorisme?
Belum lagi
dengan propaganda mereka tentang faham Firqah Najiyah yang terus mereka
sebarkan ke tengah umat bahwa mereka kelompok yang selamat; faham bahwa
hanya satu kelompok saja dalam Islam yang akan selamat di akhirat
kelak, sedangkan yang selain mereka itu sesat dan masuk neraka. Faham
inilah yang semakin memperuncing perpecahan di tengah umat Islam.
Bagaimana tidak? Siapa pun—khususnya orang awam—ketika mendengar atau
dituding bahwa dirinya adalah orang yang tidak selamat alias sesat, maka
dia akan bereaksi.
Ajaran
Salafi Wahabi semacam itu juga yang telah membentuk jiwa setiap muslim
menjadi curiga dengan saudaranya. Itu yang kita rasakan di tengah umat
ini ketika masing-masing kita berinteraksi sosial dengan mereka,
terlebih lagi ketika kita sedang khusyuk beribadah di dalam masjid atau
mushalla. Sungguh sangat memprihatinkan.
Dari Mana Akar Terorisme?
Telah
banyak ruang diskusi dan karya ilmiyah yang berusaha mencari sebab-sebab
munculnya terorisme. Sebagian menemukan benang merah terorisme ada pada
kemiskinan dan “kebobrokan” moral. Pertanyaannya sampai seberapa jauh
pengaruh kemiskinan dan krisis moral dalam menyebabkan munculnya
terorisme?. Krisis moral dan kemiskinan terkadang menjadikan orang
berbuat kriminal tetapi pada batasan tertentu, tidak menjadikan
tindakannya sebagai ideologi yang mengharuskan dia terus melakukan teror
karena ada semangat “balasan kebaikan” (pahala) atas perbuatannya.
Sesungguhnya
yang lebih membahayakan dari terorisme yang terbatas (baca
kriminalitas) adalah gerakan teror yang muncul dari individu dan
kelompok yang mereka sendiri bukanlah orang yang setiap harinya
melakukan kriminal atau pembunuhan akan tetapi mereka berpengang teguh
pada sebuah ideologi. Mereka menjadikan ideologi tersebut sebagai dasar
dalam melakukan gerakan teror dan menjunjung tinggi “nilai-nilai” yang
terdapat pada ideologi tersebut. Terorisme semacam ini akan muncul kapan
saja tidak hanya disebabkan karena balas dendam atau counter attack
atas perbuatan individu atau kelompok lain (Lihat.
Sebagian
berusaha mencari akar terorisme pada kondisi ekonomi pada negara-negara
tingkat tiga yang menurut mereka belum tersentuh oleh peradaban barat
yang “menjunjung tinggi” HAM. Tesis ini mengatakan bahwa di antara
mereka yang tersangkut masalah-masalah terorisme bukanlah dari kalangan
orang kaya atau orang terpelajar yang pernah mengenyam pendidikan barat,
karena menurut mereka orang kaya dan terpelajar tidak akan melakukan
tindakan picik (teror), apalagi mereka mendapatkan pendidikan HAM di
barat.
Inilah
yang saya maksudkan dengan ideologi “terorisme” yang diusung oleh
individu atau kelompok dengan berkedok agama. Padahal agaraa Islam
mengajarkan kebaikan dan keadilan, dan melarang dari perbuatan munkar
dan kejahatan. Karenanya, ketika kita mendengar adanya peristiwa
terorisme di beberapa tempat selalu dikaitkan dengan agama Islam.
Tuduhan ini pasti ditolak mentah-mentah oleh umat Islam dengan
mengatakan bahwa Islam memerangi terorisme. Terkadang tuduhan itu
ditujukan kepada sebagian generasi muda Islam yang mempunyai “ghirah
Islamiyah” yang tinggi tanpa didasari nilai-nilai ajaran Islam yang
benar.
Benar,
sedikit tulisan yang mengkupas tentang ideologi “perusak” penyebab
perpecahan di antara umat. Ideologi yang berkedok jihad untuk
melegitimasi bombing, hijacking dan aksi teror lainnya. Sedikit tulisan
yang mengupas masalah ini berdasarkan pendapat para ulama yang mu’tabar
untuk memadamkan fitnah mereka.
Tuduhan
dan serangan terhadap Islam dari musuh- musuh Islam semakin mengkristal
dan bias kepentingan menganggap Islam adalah agama terorisme. Di pihak
lain ketika ada usaha untuk mencari akar terorisme dari doktrin- doktrin
“radikal” yang ditanamkan kepada generasi muda, muncul reaksi keras
dari sebagian umat Islam sendiri dengan berdalih “hilangkan perbedaan
ideologi” dan perkokoh “Wahdah al Ummah” dalam menghadapi serangan
musuh- musuh Islam”.
Jujur,
kita memang menginginkan Wahdah al Ummah dan segala cara yang dapat
merealisasikannya. Akan tetapi jangan sampai hal ini dijadikan oleh
sebagian oknum untuk melindungi terorisme.
- Buku Radikalisme Sekte Wahabiyah
- Buku Mereka Memalsukan Kitab-kitab Karya Ulam Klasik
0 komentar:
Posting Komentar