Selasa, 17 April 2012 - 0 komentar

Wahabi Mengajarkan Benih-Benih Terorisme


bomAdalah sekte Wahabiyah yang oleh mufti Makkah al Mukarramah Syekh Ahmad Zaini Dahlan disebut sebagai kaum pembawa bencana. Betapa tidak, sekitar 250an tahun yang lalu, dengan dukungan penuh dari kolonial Inggris, mereka telah melakukan serangkaian kejahatan yang sangat sadis, tidak ada seorang pun yang selamat dari kejahatannya, baik orang tua, perempuan maupun anak-anak kecil yang baru dilahirkan. Wahabiyah menyerang al-Haramain, mereka menegakkan keharaan (kemuliaan) tanah yang mulia tersebut sehingga mereka merampok harta penduduk al-Haramain, memperkosa perempuannya, membunuh ulama, dan orang awamnya dan menghancurkan peninggalan-peninggalan Nabi yang mulia di Makkah dan Madinah. Semua itu dibawah kedok memerangi bid’ah dan kesyirikan. Na’udzubillah
Ada benarnya jika ada yang mengatakan bahwa kemunculan Salafi Wahabi telah memecah-belah persatuan umat Islam. Hal yang seperti itu juga dikeluhkan oleh Prof. Dr. Said Ramadhan al-Buthi, tokoh ulama senior Yordania dalam bukunya as-Salafiyah Marhalah Zamaniyah Mubarakah La Madzhab Islami. Sebelum kedatangan mereka, kondisi umat ini relatif lebih ramah, lebih santun, lebih rukun, dan lebih damai. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di seantero dunia. Kehadiran Salafi Wahabi telah menjadi fitnah bagi umat di seluruh penjuru dunia ini.
Di antara ajaran Salafi Wahabi yang sangat kental adalah merasa paling benar, menuduh pihak lain yang tidak sejalan dengan mereka sebagai ahli bid’ah, musyrik, kafir, murtad, Jahmiyah, Ta’thil, musuh sunnah, dan musuh tauhid. Ajaran Salafi Wahabi semacam inilah yang akan semakin menyuburkan bibit-bibit permusuhan. Bukan saja menciptakan permusuhan, tetapi juga menumbuhkan bibit terorisme. Karena, keyakinan semacam itu akan mengantarkan pelakunya kepada pola pikir ekstrem, yang pada akhirnya dapat membentuk setiap mereka menjadi teroris. Ketika ada orang yang tidak sefaham dengannya maka langsung dianggap sebagai musuh atau keluar dari Islam, lalu divonis sebagai halal darahnya alias boleh dibunuh. Bukankah yang seperti itu merupakan sebentuk terorisme?
Belum lagi dengan propaganda mereka tentang faham Firqah Najiyah yang terus mereka sebarkan ke tengah umat bahwa mereka kelompok yang selamat; faham bahwa hanya satu kelompok saja dalam Islam yang akan selamat di akhirat kelak, sedangkan yang selain mereka itu sesat dan masuk neraka. Faham inilah yang semakin memperuncing perpecahan di tengah umat Islam. Bagaimana tidak? Siapa pun—khususnya orang awam—ketika mendengar atau dituding bahwa dirinya adalah orang yang tidak selamat alias sesat, maka dia akan bereaksi.
Ajaran Salafi Wahabi semacam itu juga yang telah membentuk jiwa setiap muslim menjadi curiga dengan saudaranya. Itu yang kita rasakan di tengah umat ini ketika masing-masing kita berinteraksi sosial dengan mereka, terlebih lagi ketika kita sedang khusyuk beribadah di dalam masjid atau mushalla. Sungguh sangat memprihatinkan.
Dari Mana Akar Terorisme?
Telah banyak ruang diskusi dan karya ilmiyah yang berusaha mencari sebab-sebab munculnya terorisme. Sebagian menemukan benang merah terorisme ada pada kemiskinan dan “kebobrokan” moral. Pertanyaannya sampai seberapa jauh pengaruh kemiskinan dan krisis moral dalam menyebabkan munculnya terorisme?. Krisis moral dan kemiskinan terkadang menjadikan orang berbuat kriminal tetapi pada batasan tertentu, tidak menjadikan tindakannya sebagai ideologi yang mengharuskan dia terus melakukan teror karena ada semangat “balasan kebaikan” (pahala) atas perbuatannya.
Sesungguhnya yang lebih membahayakan dari terorisme yang terbatas (baca kriminalitas) adalah gerakan teror yang muncul dari individu dan kelompok yang mereka sendiri bukanlah orang yang setiap harinya melakukan kriminal atau pembunuhan akan tetapi mereka berpengang teguh pada sebuah ideologi. Mereka menjadikan ideologi tersebut sebagai dasar dalam melakukan gerakan teror dan menjunjung tinggi “nilai-nilai” yang terdapat pada ideologi tersebut. Terorisme semacam ini akan muncul kapan saja tidak hanya disebabkan karena balas dendam atau counter attack atas perbuatan individu atau kelompok lain (Lihat.
Sebagian berusaha mencari akar terorisme pada kondisi ekonomi pada negara-negara tingkat tiga yang menurut mereka belum tersentuh oleh peradaban barat yang “menjunjung tinggi” HAM. Tesis ini mengatakan bahwa di antara mereka yang tersangkut masalah-masalah terorisme bukanlah dari kalangan orang kaya atau orang terpelajar yang pernah mengenyam pendidikan barat, karena menurut mereka orang kaya dan terpelajar tidak akan melakukan tindakan picik (teror), apalagi mereka mendapatkan pendidikan HAM di barat.
Inilah yang saya maksudkan dengan ideologi “terorisme” yang diusung oleh individu atau kelompok dengan berkedok agama. Padahal agaraa Islam mengajarkan kebaikan dan keadilan, dan melarang dari perbuatan munkar dan kejahatan. Karenanya, ketika kita mendengar adanya peristiwa terorisme di beberapa tempat selalu dikaitkan dengan agama Islam. Tuduhan ini pasti ditolak mentah-mentah oleh umat Islam dengan mengatakan bahwa Islam memerangi terorisme. Terkadang tuduhan itu ditujukan kepada sebagian generasi muda Islam yang mempunyai “ghirah Islamiyah” yang tinggi tanpa didasari nilai-nilai ajaran Islam yang benar.
Benar, sedikit tulisan yang mengkupas tentang ideologi “perusak” penyebab perpecahan di antara umat. Ideologi yang berkedok jihad untuk melegitimasi bombing, hijacking dan aksi teror lainnya. Sedikit tulisan yang mengupas masalah ini berdasarkan pendapat para ulama yang mu’tabar untuk memadamkan fitnah mereka.
Tuduhan dan serangan terhadap Islam dari musuh- musuh Islam semakin mengkristal dan bias kepentingan menganggap Islam adalah agama terorisme. Di pihak lain ketika ada usaha untuk mencari akar terorisme dari doktrin- doktrin “radikal” yang ditanamkan kepada generasi muda, muncul reaksi keras dari sebagian umat Islam sendiri dengan berdalih “hilangkan perbedaan ideologi” dan perkokoh “Wahdah al Ummah” dalam menghadapi serangan musuh- musuh Islam”.
Jujur, kita memang menginginkan Wahdah al Ummah dan segala cara yang dapat merealisasikannya. Akan tetapi jangan sampai hal ini dijadikan oleh sebagian oknum untuk melindungi terorisme.

Sumber:
- Buku Radikalisme Sekte Wahabiyah
- Buku Mereka Memalsukan Kitab-kitab Karya Ulam Klasik

0 komentar:

Posting Komentar