
Sejarah berdirinya sekte
Salafi Wahabi bermula dari berdirinya Kementerian Persemakmuran
(Commonwealth Ministries) di London, Inggris, dengan misi utama
mempertahankan wilayah-wilayah yang telah dikuasai dan untuk menguasai
wilayah-wilayah yang belum berhasil dikuasai. Ketika kementerian
tersebut dibentuk pada abad 18 Masehi, Inggris merupakan negara yang
menjajah banyak negara di Asia, Afrika dan Timur Tengah. Negara di Asia
yang dijajah di antaranya India dan China.
Dalam buku berjudul Catatan Harian
Seorang Mata-mata dan Persekongkolan Menghancurkan Islam, juga
berdasarkan referensi beberapa sumber, seorang intelijen Inggris bernama
sandi Hempher menjelaskan, negara-negara non muslim seperti China dan
India adalah negara-negara yang relatif mudah untuk ditundukkan karena
agama Hindu, Buddha dan Konghucu yang dianut oleh mayoritas rakyat kedua
negara itu adalah agama-agama yang tidak mempedulikan kehidupan
duniawi, sehingga rakyat di kedua negara itu cenderung kurang memiliki
rasa patriotisme dan Inggris tidak menganggap mereka sebagai ancaman
yang serius.Meski kala itu di India terdapat Kesultanan Islam, namun
rakyat India yang majemuk, bahkan jumlah pemeluk Islam tidak sebanyak
pemeluk agama Hindu, dengan cepat Kesultanan India dapat diberangus
dengan beragam cara, di antaranya dengan memperalat Mirza Ghulam Ahmad
untuk mendirikan sekte Ahmadiyah, sehingga umat Islam India terpecah
belah dan bertikai. Ahmadiyah bahkan digunakan untuk mem-back up setiap
kebijakan yang diberlakukan di negara jajahannya itu, sehingga apapun
kebijakan Inggris, meski merugikan dan menyengsarakan rakyat India,
Ahmadiyah mendukung dan membelanya.
Hempher mengaku, yang membuat gentar
Inggris adalah negara-negara Islam, termasuk Turki yang kala itu di
bawah pemerintahan Kesultanan Islam Turki ‘Utsmani, dan belum dapat
dikuasai. Hempher mengaku, Inggris sebenarnya telah berhasil melemahkan
kesultanan ini dengan dua cara, yakni dengan membuat perjanjian yang
menguntungkan Inggris, dan membuat perjanjian rahasia dengan Iran,
sehingga Iran bersedia menempatkan orang-orangnya di Turki yang dapat
dikendalikan oleh Inggris. Akibat kedua siasat ini, Kesultanan Turki
didera kasus korupsi, salah-urus administrasi, mengabaikan pendidikan,
dan sebagainya, sehingga pemerintahan melemah dan Inggris menjuluki
negara ini sebagai The Sick Man of Asia.
Namun meski Kesultanan Islam Turki
‘Utsmani melemah, Hempher mengaku kalau Inggris masih saja khawatir
kepada penduduk negeri ini yang mayoritas memeluk agama Islam. Bahkan
kekhawatiran ini membuat Inggris yakin kalau Kesultanan Turki baru akan
runtuh dalam 100 tahun.
Hempher menyebut beberapa alasan yang
membuat Inggris tetap gentar pada Kesultanan Islam Turki ‘Utsmani.
Pertama, karena umat Islam sangat taat menjalankan ajaran agamanya, dan
rela mati demi agamanya itu. Kedua, karena Islam adalah agama yang
peduli pada masalah administrasi dan kekuasaan sehingga tak mudah
dibohongi. Ketiga, karena Inggris khawatir Kesultanan Islam Turki
‘Utsmani dan pemerintah Iran mengetahui grand design yang
sedang dijalankan di kedua negara itu, khususnya di Turki. Dan keempat,
karena para ulama di Istambul dan Al-Azhar, juga di Irak dan Damaskus,
tak mau berkompromi barang sedikit pun karena mereka tak tertarik pada
kesenangan duniawi yang ditawarkan Inggris dan lebih peduli untuk meraih
surga seperti janji Allah SWT., sehingga Inggris menganggap para ulama
ini sebagai rintangan yang tak dapat diatasi dalam upayanya menjajah
Turki.
Tak putus asa, Kementerian Persemakmuran
kemudian menyelenggarakan konferensi yang tak hanya dihadiri para
pejabat penting dan agamawan Inggris, tapi juga dihadiri diplomat dan
agamawan Rusia dan Perancis. Hempher yang hadir dalam konferensi ini
menyebut, dalam konferensi juga dibahas berbagai rencana untuk
memecah-belah kaum Muslimin dalam berbagai kelompok (sekte), membuat
mereka meninggalkan agamanya (murtad), dan mengkristenkannya sebagaimana
yang terjadi di Spanyol. Usai konferensi, ribuan agen rahasia
(intelijen) dan misionaris, termasuk Hempher, disebar ke seluruh penjuru
dunia, khususnya ke negara-negara Islam yang ingin dikuasai. Hempher
tegas mengatakan, misi ini dipelopori Inggris.
***
Kementerian Persemakmuran mengirim
Hempher ke Mesir, Irak, Hijaz dan Istambul untuk mengumpulkan informasi
dan data-data guna memecah-belah Islam. Selain Hempher, ada sembilan
mata-mata lagi yang dikirim untuk melakukan misi yang sama dan pada watu
yang sama pula, yakni pada 1122 H/1710 M. Sebelum berangkat,
Kementerian membekali Hempher cs dengan uang, informasi tentang
negara-negara dan kota-kota yang akan didatangi, peta, bahkan nama-nama
pejabat, ulama, dan kepala suku di negara-negara itu agar pelaksanaan
misi menjadi lebih mudah. Menteri Persemakmuran bahkan berpesan begini; “Masa depan negara kita bergantung pada keberhasilan kalian. Karena itu, kalian harus berbuat sekuat tenaga.”
Tempat pertama yang didatangi Hempher
adalah Istambul, ibukota Kekhalifahan Islam Turki ‘Utsmani. Untuk
menyukseskan misinya, mata-mata yang kala itu masih berusia dua puluh
tahunan tersebut menggunakan nama palsu Muhammad, dan memperdalam lagi
bahasa Turki yang telah dipelajarinya di London agar penyamarannya
sempurna.
Di Istambul, Hempher menjalin hubungan
baik dengan seorang ulama tua bernama Ahmed Efendi. Kepada ulama ini,
Hempher mengaku telah yatim piatu dan datang ke Istambul selain untuk
mencari pekerjaan, juga untuk mempelajari Al Qur’an dan sunnah
Rasulullah Saw. Ahmed tidak curiga dan menerimanya dengan tangan
terbuka. Apalagi karena Hempher melaksanakan sholat lima waktu
sebagaimana layaknya muslim. Dari Ahmed lah Hempher mempelajari segala
hal tentang Islam, dan semua yang diperolehnya dari Ahmed, juga dari
hasil pengamatannya selama berada di Istambul, dilaporkan secara berkala
kepada Kementerian Persemakmuran.
Dalam buku Catatan Harian Seorang
Mata-mata dan Persekongkolan Menghancurkan Islam, Hempher menyebut kalau
Kementerian menugaskan dirinya di Istambul selama dua tahun (hingga
1712 Masehi/1124 Hijriyah). Setelah masa tugas berakhir, dia diminta
pulang ke London untuk memberikan laporan secara menyeluruh dan terinci.
Begitupula dengan sembilan mata-mata lain yang mendapatkan misi yang
sama dengannya.
Namun, jelas Hempher, termasuk dirinya,
hanya enam orang saja yang pulang, karena satu dari empat orang yang
tidak pulang malah memeluk Islam dan menetap di Mesir; seorang lagi
pulang ke kampung halamannya karena ternyata dia adalah anggota KGB
(dinas intelijen Rusia) yang ditugaskan untuk memata-matai Inggris;
seorang lagi meninggal di Imrah, sebuah kota kecil di dekat Baghdad,
akibat wabah penyakit yang menyerang kota itu; dan yang seorang lagi
hilang tak tentu rimbanya setelah setahun menjalankan tugas.
Hempher mengaku, hasil penyamarannya di
Istambul mendapatkan pujian dari Kementerian Persemakmuran, namun karena
informasi yang didapatnya belum dapat mengungkap kelemahan Kekhalifahan
Islam Turki ‘Utsmani, laporannya hanya diganjar sebagai laporan terbaik
ketiga setelah laporan rekannya yang bernama George Belcoude (laporan
terbaik pertama), dan Henry Fanse (laporan terbaik kedua). Kementerian
lalu memberinya tugas kedua dengan dua misi yang harus digolkan.
Pertama, menemukan berbagai titik lemah kaum muslimin dan celah-celah
yang dapat digunakan untuk memecah-belah mereka, dan kedua setelah
kelemahan dan celah-celah itu didapatkan, langsung dimanfaatkan untuk
menimbulkan perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.
“Jika engkau berhasil dengan kedua
misi ini, engkau akan menjadi agen mata-mata yang paling berhasil dan
memperoleh medali penghargaan dari Kementerian Persemakmuran,” pesan Menteri Persemakmuran kepada Hempher.
Sebelum mengemban misi tugas kedua
tersebut, Hempher yang kala itu berusia 22 tahun diberi cuti selama enam
bulan, dan masa cuti ini dimanfaatkan untuk menikahi sepupunya, Maria
Shvay yang berusia 23 tahun. Setelah masa cuti habis, dia berangkat ke
Bashrah, Irak, sesuai kota yang ditunjuk Kementerian Persemakmuran untuk
melaksanakan tugas keduanya. Sebelum Hempher berangkat, Menteri
Persemakmuran berpesan begini kepadanya; “Wahai Hempher, ketahuilah
bahwa banyak perbedaan alami di antara umat manusia sejak Tuhan
menciptakan Abel (Habil) dan Cain (Qabil). Perbedaan seperti ini akan
terus ada hingga kedatangan Yesus Kristus kelak. Begitupula halnya
dengan perbedaan ras, suku, wilayah, kebangsaan, dan agama. Tugasmu kali
ini adalah mendiagnosis berbagai kontroversi dan perbedaan ini dengan
baik, serta melaporkannya kepada kementerian. Semakin berhasil engkau
memperburuk dan memperparah perbedaan di antara kaum Muslim, semakin
besar jasa dan pengabdianmu kepada Inggris. Kita, orang-orang Inggris,
harus berbuat kerusakan dan membangkitkan perpecahan di seluruh negara
jajahan kita agar mereka hidup bermewah-mewahan. Hanya dengan berbagai
hasutan seperti itu kita akan bisa menghancurkan Kekhalifahan Turki
‘Utsmani. Jika tidak, bagaimana mungkin sebuah bangsa dengan jumlah
populasi lebih sedikit bisa menguasai bangsa lain dengan jumlah populasi
lebih banyak?”
Menteri Persemakmuran menambahkan; “Tebarkanlah
benih-benih perpecahan begitu engkau mendapatkannya dengan sekuat
kemampuanmu. Ketahuilah bahwa Kekhalifahan Turki ‘Utsmani dan Kekaisaran
Iran telah mencapai puncak kemunduran dan kemerosotannya. Karena itu,
tugas pertamamu adalah menghasut orang-orang untuk berontak melawan
pihak yang berkuasa. Sejarah telah menunjukkan bahwa sumber segala jenis
revolusi adalah pemberontakkan massa. Ketika kaum Muslim terpecah-belah
dan tidak bersatu serta memiliki rasa senasib-sepenanggungan, mereka
akan melemah dan dengan demikian kita mudah menghancurkan serta
meluluhlantakkan mereka.”
(bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar